Wiwit Kopi Desa Japan, Kudus: Tradisi Panen yang Jadi Magnet Wisata dan Ekonomi

 

KUDUS – Tradisi wiwit kopi kembali digelar masyarakat Desa Japan, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, sebagai penanda dimulainya musim panen kopi tahun 2025. Bertempat di Bukit Guyangan pada Sabtu (9/8/2025), acara berlangsung meriah dengan kirab gunungan hasil bumi, pementasan tari wiwit kopi, hingga prosesi ngruwok atau memetik kopi langsung dari pohon.

Tradisi ini melibatkan berbagai lapisan masyarakat mulai dari petani kopi, tokoh masyarakat, kelompk sadar wisata desa Japan, dan masyarakat sekitar. kegiatan dimulai dengan  Prosesi ngruwok kopi dilakukan secara simbolis oleh Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris, bersama para petani usai doa bersama dan rebutan gunungan hasil bumi. Dalam sambutannya, Sam’ani menegaskan bahwa tradisi ini patut menjadi ikon budaya sekaligus destinasi wisata unggulan.

“Potensi kopi di Japan, Rahtawu, dan Colo sangat melimpah. Tradisi ini bisa menjadi ciri khas Kudus yang dikenal luas. Kami juga mendorong rebranding kopi Muria menjadi ‘Kopi Kudus’ agar semakin memiliki daya saing tinggi,” kata Sam’ani.

Lebih lanjut, ia mendorong rebranding kopi Muria agar memiliki daya jual lebih tinggi di pasar luar daerah. “Supaya nama Kopi Kudus semakin dikenal dan berkembang di mata masyarakat,” imbuhnya.
 
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus, Mutrikah, turut menilai wiwit kopi sebagai magnet budaya yang dapat menggerakkan perekonomian desa. Ia berharap kegiatan ini bisa dikemas dalam paket wisata budaya dan memberi ruang bagi pelaku UMKM kopi untuk naik kelas.

“Tradisi ini bisa memicu petani dan pelaku UMKM kopi untuk mengeksplorasi potensi kopi Muria, sehingga mendapat nilai tambah,” ujarnya.


Ketua Desa Wisata Japan, Mutohar, menjelaskan bahwa wiwit kopi merupakan bentuk rasa syukur atas panen melimpah sekaligus simbol keguyuban warga. “Ini bukan sekadar ritual panen, tetapi simbol budaya yang kami lestarikan agar nilai-nilai lokal tetap hidup,” ujarnya.

Dengan berlangsungnya wiwit kopi, Desa Japan tak hanya merayakan hasil panen, tetapi juga meneguhkan identitasnya sebagai “Negeri Kopi” di kaki Gunung Muria. Tradisi yang sarat makna budaya dan kebersamaan ini diharapkan mampu terus lestari sekaligus menjadi daya tarik wisata yang mendongkrak ekonomi masyarakat.

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال