Magelang, 5 Februari 2025 - Tim peneliti MoRA AIRFund (The Awakened Indonesian Research Funds) UIN Sunan Kudus melanjutkan rangkaian studi banding mereka dengan mengunjungi dua lokasi wisata unggulan di Kabupaten Magelang pada Rabu (5/2/25). Kunjungan ini merupakan bagian dari penelitian yang didanai Kementerian Agama RI melalui program LPDP untuk mengembangkan model wisata religi berkelanjutan di kawasan Sunan Muria.
Dipimpin oleh Prof. Wahibur Rokhman, Ph.D. sebagai Ketua Tim Peneliti MoRA Muria, tim yang terdiri dari Dr. M. Dzofir, M.Ag., Aryanti Muhtar Kusuma, M.Si., serta dua asisten lapangan Muhammad Arif Al Hakim, M.TESOL dan Yaumis Salam, S.Pd., memulai agenda mereka di Balkondes Ngargogondo. Di lokasi pertama ini, tim mempelajari sistem pengelolaan yang unik dimana harga dasar paket wisata ditentukan oleh Balkondes, sementara platform digital seperti Traveloka menambahkan biaya administrasi dan pajak secara terpisah. Mekanisme refund atau pembatalan paket melibatkan koordinasi yang ketat antara semua pihak terkait.
"Yang menarik di Ngargogondo adalah model pelaporannya yang langsung ke pemerintah desa, karena BUMDes setempat belum beroperasi maksimal. Ini memberikan kami wawasan tentang alternatif pengelolaan ketika kelembagaan BUMDes belum optimal," jelas Dr. M. Dzofir saat memaparkan temuan awal.
Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Balkondes Karangrejo yang menawarkan cerita sukses berbeda. Di sini, tim menemukan praktik terbaik digital marketing sebagai ujung tombak pengembangan wisata. "Dolan ndeso Karangrejo" sebagai operator paket wisata telah membangun personal branding yang kuat melalui berbagai strategi, termasuk menghadirkan pembicara kelas dunia terkait status Borobudur sebagai Warisan Dunia UNESCO dalam program "Borobudur Trail of Civilization".
Aryanti Muhtar Kusuma mencatat dengan seksama bagaimana pengelola Karangrejo memanfaatkan secara optimal berbagai platform digital. "Mereka tidak hanya mengandalkan review digital dan Google Ads SEO, tetapi juga telah membangun paket wisata terintegrasi 2 hari 1 malam yang menyertakan UMKM lokal," ujarnya. Model profit-sharing berbasis trust dengan catatan transparan masing-masing pihak menjadi salah satu temuan menarik lainnya.
Pertemuan dengan Amtra Journey memberikan perspektif tambahan bagi tim peneliti. "Mereka menekankan pentingnya membangun branding yang kuat sebelum melakukan digitalisasi. Saat ini mereka masih menggunakan spreadsheet manual untuk menangani pesanan, meski telah memiliki website yang representatif," papar Muhammad Arif Al Hakim.
Prof. Wahibur Rokhman menekankan bahwa kunjungan ini memberikan banyak inspirasi untuk pengembangan wisata dan UMKM di Kawasan Muria. "Kami melihat bagaimana pentingnya mengubah paradigma dari sekadar wisata religi menuju konsep sustainable tourism yang lebih holistik. Penggunaan influencer dan strategi kolaborasi pemasaran seperti yang dilakukan di Karangrejo patut kita pertimbangkan," ungkapnya.
Temuan dari studi banding ini akan menjadi bahan pertimbangan penting dalam penyusunan rekomendasi kebijakan untuk Kementerian Agama RI. Tim berencana mengintegrasikan berbagai elemen keberhasilan yang ditemui, mulai dari penguatan branding, optimalisasi digital, hingga model kemitraan yang adil, dalam kerangka pengembangan wisata religi Sunan Muria yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat.